INFORMASI BUDIDAYA
TEMBESU (Fagraea fragrans)
A. PENDAHULUAN
Tembesu (Fagraea fragrans) termasuk
kedalam famili Loganiaceae. Nama daerah antara lain Tembesu
(Jw);tomasu,tembesu,tembesu talang,tembesu rawang (SmT);tembesu
(Klm);anrali,kolaki,kulaki,nosu (Slw) Daerah penyebarannya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat,
Maluku, dan Irian Jaya. Tempat tumbuh pada tanah datar dan sarang atau tempat
yang tidak becek, tanah liat berpasir, dengan type curah hujan A sampai B pada
ketinggian 0–500 dpl.
Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan
panjang batang bebas cabang sampai 25 m, diameter 80 cm atau lebih, dengan
batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat sampai hitam,
beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua
atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu.
Ciri umum kayu tembesu adalah kayu teras
berwarna coklat sampai kuning muda dan kayu gubal umumnya berwarna lebih muda.
Tekstur kayu halus sampai agak halus. Permukaan kayu agak mengkilap. Kegunaan kayu tembesu
terutama untuk konstruksi bangunan berat di tempat yang terbuka maupun
berhubungan dengan tanah, balok jembatan, tiang rumah, lantai dan barang
bubutan. PENGERJAAN: Kayu tembesu mudah digergaji dan dikerjakan dengan baik. Kayu dapat
diplitur,tetapi warnanya kurang baik,sehingga kurang disukai untuk
mebel.Pengujian sifat pemesinan menunjukan bahwa kayu F.fragrans dapat
diserut,dibentuk dibor dibuat lubang persegi,dibubut dan diamplas dengan hasil
baik
Tanaman tembesu dapat dipanen setelah berumur 50
tahun atau lebih dengan diameter 50–80 cm. Tanaman tembesu berbunga bulan Mei –
Agustus dengan susunan bunga dalam bentuk mali. Pohon tembesu mempunyai buah
yang banyak dan mengandung biji sangat kecil. Jumlah buah per kilogram 6.600,
sedangkan jumlah biji yang sudah kering sebanyak 5.800.000 butir perkilogram.
B. PEMILIHAN BENIH
Untuk keperluan pembibitan, pemilihan benih
dilakukan pada buah yang benar-benar sudah masak yang ditandai buah berwarna
merah atau merah terang.
Buah yang sudah masak dipetik dan dipisahkan
dari buah yang kecil dan kotoran buah, selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan
cara meremas-remas buah sambil merendamnya dalam air. Apabila kulit buah sudah
pecah maka dilakukan penyaringan dengan ayakan 0,001 mm, selanjunya biji
dikeringkan. Biji yang sudah kering tahan dismpan selama lebih kurang 3 bulan
apabila disimpan dalam tempat yang rapat masih mempunyai daya kecambah 65%.
C. PEMBIBITAN
Sebetulnya perbanyakan tanaman tembesu dapat
terjadi secara alamiah, hal ini dapat dilihat pada bekas tebangan tembesu,
banyak tumbuh kelompok-kelompok anakan muda. Akan tetapi bibit dari permudaan
alam sulit diadakan pengaturan, baik jarak tanam maupun jika dibutuhkan dalam
skala besar. Untuk itu perlu diadakan perbanyakan buatan melalui
persemaian/pembibitan.
Pembibitan dilakukan guna memenuhi kebutuhan bibit
dalam kegiatan reboisasi, penghijauan dan pembangunan Hutan Tanaman Industri
(HTI). Pembuatan bibit dimulai dari perkecambahan benih yaitu dengan cara
merendam benih tembesu ke dalam air yang telah diberi asam gibrelin (GA3)
dengan konsentrasi antara 50 – 100 ppm selama 24 jam.
Setelah waktu perendaman cukup maka airnya
dibuang dan disaring dengan kertas saring kemudian diangin-anginkan, lalu
ditabur di dalam bak tabur dengan media pasir bercampur tanah dengan
perbandingan 1 : 2 dan disiram dengan menggunakan sprayer tangan. Setelah
berumur 2 – 3 minggu maka diadakan penyapihan dengan cara masing–masing
kecambah dipindahkan ke kantong plastik yang telah diisi dengan media
pertumbuhan bibit. Bibit dapat dipindah atau ditanam di lapangan apabila sudah mencapai
ketinggian 20 – 30 cm dengan diameter minimal 3 mm.
D. PENANAMAN
Tembesu dapat ditanam pada areal semak
belukar/bekas tebangan dengan sistim jalur, disamping itu dapat juga ditanam di
areal terbuka dengan pengolahan tanah secara total maupun ditanam di pinggir
jalan sebagai peneduh.
Kegiatan penanaman meliputi :
1. Persiapan Lapangan
Beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
persiapan lapangan antara lain : penentuan batas lokasi, jarak tanam, jalan
pemeriksaan dan batas blok dengan cara memasang ajir, pembuatan gubuk serta
pembuatan lubang tanaman. Jarak tanam yang baik adalah 2,5 m x 1 m atau 3 m x 1
m, kemudian pada umur 5 tahun dilakukan penjarangan pertama. Larikan tanaman
sebaiknya sejajar kontour dan lubang tanaman dibuat 7 – 15 hari sebelum ditanam
dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm.
2. Penanaman
Bibit dalam kantong plastik yang telah diseleksi
diangkut ke areal penanaman sejumlah kemampuan tanam per hari. Bibit ditanam
pada setiap lubang dengan cara melepas kantong plastik atau menyobek bagian
bawahnya. Selanjutnya dimasukkan kedalam lobang dan ditutup tanah kembali.
Dalam penanaman usahakan agar akar tidak bengkok atau rusak dan tanah dalam
kantong plastik tidak pecah.
3. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan antara lain : penyulaman,
penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakit. Penyulaman
dilakukan pada tahun pertama dan kedua, sedangkan penyiangan, pendangiran dan
pemupukan dilaksanakan dua kali setiap tahun, sampai tanaman cukup besar.
Pemberantasan hama dan penyakit hanya dilaksanakan apabila ada serangan atau
diperkirakan akan terjadi serangan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman
muda adalah kijang, sedangkan penyakit yang menyerang tanaman tembesu adalah
jamur upas. Pemberantasannya dapat dilaksanakan dengan menyemprot fungisida.
(Dirangkum dari berbagai sumber)